Untuk itu melalui kegiatan mancakrida di alam terbuka, atlet akan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari di asrama. Para pemain bulutangkis muda ini juga dilatih untuk mengembangkan sikap mandiri, disiplin, pantang menyerah dan kemampuan mengelola emosi.
“Jika biasanya mereka tinggal di asrama yang lengkap fasilitasnya atau menginap di hotel saat mengikuti kejuaraan, kini mereka kita ajak keluar ke alam terbuka. Tidur di barak dan mengikuti berbagai aktivitas yang menantang,” kata Yoppy.
“Hal ini menuntut mereka memiliki kemampuan beradaptasi dan mengembangkan sikap mandiri dan disiplin. Kita berharap aspek-aspek tersebut muncul karena berguna saat bertanding nanti.”
Di alam terbuka, para atlet akan mengikuti sembilan pertandingan seperti Sky Run, Walking in the Sky, Blindman Walking, dan Double Rope Bridge. Sejumlah permainan seru dan menantang akan melatih atlet berkomunikasi dengan rekan satu tim, membangun solidaritas dan meningkatkan disiplin diri.
Sebanyak 85 atlet dibagi menjadi 9-10 grup, yang terdiri dari 7 hingga 11 peserta di setiap grup. Tak hanya harus menyelesaikan permainan, mereka juga ditantang untuk mendaki ke Tangkuban Perahu untuk menguji stamina dan daya tahan setiap atlet.
“Melalui serangkaian simulasi/permainan, kita akan mengamati bagaimana para atlet menghadapi tantangan dan berusaha beradaptasi dan pulih dari kondisi yang tidak sesuai harapan,” kata Rt. Annissa Apsyari, Psikolog Bidang Layanan Assesment & Intervensi dari Pusat Inovasi Psikologi Universitas Padjadjaran.