Liputan6.com, Jakarta – Tak hanya untuk mengklasifikasikan orang, kompetisi sepak bola juga memiliki kasta untuk menentukan siapa yang lebih baik dari yang lain. Faktor sejarah, ekonomi dan sosial biasanya menjadi pertimbangan ketika membagi.
Di pentas klub daerah misalnya. Ada Liga Champions yang merupakan level tertinggi, disusul ajang lain di bawahnya. Di Eropa, kompetisi tingkat kedua adalah Liga Europa dan yang ketiga adalah Liga Konferensi.
Piramida sepakbola domestik pun demikian. Di satu negara, terutama negara maju, kasta bisa mencapai lima atau enam divisi. Itu belum termasuk para amatir.
Menavigasi sistem ini, wajar jika klub banyak mengalami promosi atau degradasi. Namun tidak demikian halnya dengan kedua klub asal Inggris ini. Mereka tercatat hanya terlibat dalam tiga gerakan padahal sejarahnya sudah ratusan tahun.