Seberapa kuat tekad Prancis untuk meraih gelar Olimpiade yang tidak bersifat politis?

Ternyata kemarahan global terhadap Israel juga diungkapkan oleh para atlet global, tidak hanya atlet dari negara-negara Arab dan Muslim, tetapi juga dari negara Barat sendiri, termasuk Perancis.

Salah satu atlet tersebut adalah atlet basket putri asal Prancis, Emilie Gomis yang menjadi salah satu duta Olimpiade Paris 2024.

Gomis memposting pesan anti-Israel di Instagram-nya, dan ini membuat marah pemerintah Prancis dan otoritas olahraga.

Panitia penyelenggara Olimpiade Paris 2024 kemudian mencopot jabatan Gomis sebagai duta Olimpiade, dengan alasan Gomis melanggar prinsip netralitas olahraga.

Baca juga: Skuat Garuda Bertekad Lanjutkan Prestasi All England di Kejuaraan Asia
Baca juga: Rizky Juniansyah Amankan Tiket ke Paris Usai Raih Emas Piala Dunia IWF

Ancaman boikot

Tindakan Prancis ini menuai kecaman dari dalam dan luar negeri, karena pemerintah Prancis sendiri tidak konsisten dalam menjunjung prinsip netralitas dalam olahraga, bahkan disebut-sebut menerapkan standar ganda.

Mereka yang mengkritik Prancis bertanya apakah pemerintah Prancis dapat menghukum Gomis begitu keras, mengapa mereka melarang atlet Rusia tampil di Olimpiade karena alasan yang juga bersifat politis.

Mereka berpandangan, jika Gomis tidak bisa menyampaikan sikap politiknya, mengapa pemerintah Prancis boleh mengambil sikap politik di dunia olahraga dengan melarang atlet Rusia dan Belarusia mengikuti Olimpiade 2024.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bendera nasional Rusia tidak boleh dikibarkan saat Olimpiade Paris, namun ia tidak pernah meminta agar atlet Rusia dilarang mengikuti Olimpiade.

Kerumitan tidak hanya terjadi di pihak pemerintah Prancis, sebab situasi serupa juga terjadi di badan olahraga global.

Bayangkan saja, ketika IOC akhirnya menyatakan atlet Rusia dan Belarusia boleh mengikuti Olimpiade 2024 dengan status netral tanpa bendera negara dan lagu kebangsaan masing-masing, sejumlah badan olahraga dunia justru melarang atlet kedua negara tersebut mengikuti kompetisinya. .

Bahkan Ketua Badan Atletik Dunia (World Athletics), Sebastian Coe, menyatakan atlet Rusia dan Belarusia akan dilarang mengikuti Olimpiade Paris, meski netral.

Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri kurang puas dengan keputusan IOC, meski atlet dari negaranya masih diperbolehkan bertanding secara netral.

Putin bahkan menyatakan Rusia akan menggelar Olimpiade versinya sendiri. Dengan kata lain, Putin berupaya memboikot Olimpiade Paris 2024.

Namun belakangan, Presiden Komite Olimpiade Rusia Stanislav Pozdnyakov menegaskan bahwa Rusia tidak berniat memboikot Olimpiade Paris.

Ironisnya, bukan hanya Rusia yang mengancam akan memboikot Olimpiade, karena Ukraina dan Latvia juga melontarkan ancaman serupa, meski atlet Rusia dan Belarusia diperbolehkan bertanding di Olimpiade Paris.

Bisa jadi dinamika seperti ini akan mengganggu jalannya Olimpiade Paris, namun bisa juga hanya suasana gaduh yang akan hilang dengan sendirinya begitu Olimpiade dimulai, seperti halnya Piala Dunia FIFA 2022 ketika Qatar banyak dikritik karena masalah HAM dan demokrasi. namun ternyata belakangan edisi Piala Dunia itu tetap ada. Bagus sekali.

Baca juga: Pertama Kali, Peraih Emas Atletik Olimpiade Dapat Rp 792 Juta
Baca juga: Cincin Olimpiade menghiasi Menara Eiffel saat Olimpiade 2024
Baca juga: Dito Berharap Atlet Raih Banyak Emas di Olimpiade dan Paralimpiade 2024

Hak Cipta © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *