Saat sejarah baru Garuda Muda tercipta

Ketika sejarah baru Garuda Muda tercipta

Memang benar, sejak pria asal Korea Selatan itu mengambil alih timnas, permainan 11 pemain terpilih di lapangan terlihat asyik dan seru untuk disaksikan. Lebih berani memainkan apa yang menjadi “keindahan” permainan si kulit bundar, yang percaya diri memainkan bola dari kaki ke kaki dan tidak lagi memiliki umpan-umpan ke belakang yang membosankan.

Mungkin sesekali ada umpan lambungnya. Namun cara yang tepat dilakukan yaitu melemparkannya saat ada rekan satu tim yang berada di ruang kosong atau menuju ke ruang kosong, bukan sekedar melempar bola ke depan karena kurang percaya diri memegang bola.

Baca juga: Kemenangan 2-0 membawa Indonesia lolos ke final Piala Asia U-23

Tentu saja membawa timnas tiga level ke Piala Asia menjadi sebuah prestasi bagi Shin meski saat ini pria berusia 52 tahun itu belum mempersembahkan trofi. Namun, rasanya memiliki trofi di tangan bukanlah hal yang begitu penting. Apalagi yang dipermasalahkan adalah Piala AFF, trofi tingkat Asia Tenggara.

Apa jadinya jika orang masih belum melihat kesuksesan Shin hanya karena tak punya trofi AFF? Mungkin, teriakan-teriakan riuh itu seperti buzzer di media sosial yang sebenarnya jumlahnya sedikit, namun pergerakannya masif.

Betapa bangganya bisa berkali-kali menjuarai Piala AFF, namun level timnas hanya tertahan di level Asia Tenggara? Timnas Singapura empat kali menjuarai Piala AFF, namun sejauh ini belum mampu mencapai putaran final Piala Asia melalui jalur kualifikasi. Negeri Jiran Indonesia ini baru satu kali merasakan Piala Asia, yakni menjadi tuan rumah pada edisi 1984.

Tiga tahun dan Indonesia lolos ke Piala Asia sebanyak tiga kali menjadi bukti bahwa persoalan trofi kembali tak layak dibicarakan di meja perundingan.

Sebab, Shin sudah terlalu kecil membawa level sepakbola Indonesia jika hanya bermimpi mendominasi Asia Tenggara. Shin mengangkat mentalitas sepak bola Indonesia bahwa dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa, Indonesia harus bermimpi lebih tinggi yakni berkompetisi di Asia terbukti dengan tiga level timnas yang dibawanya ke sana.

Minimnya trofi tidak menjadi masalah karena impian sejati seorang pecinta sepak bola adalah melihat tim kesayangannya tampil di Piala Dunia. Dengan membawa Indonesia ke tingkat Asia, tentu pintu kejuaraan akbar ini akan semakin terbuka dan dekat.

Peluang itu dimiliki Timnas U-23 dan Timnas Senior. Timnas U-23 menuju Olimpiade 2024 di Paris, Prancis dan timnas senior menuju Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko yang diikuti 48 tim dengan kuota zona Asia bertambah. hingga 8,5 atau delapan tim otomatis lolos dan satu tim dapat lolos. jika mereka berhasil lolos ke babak play-off. Bukan tidak mungkin, bermain di kejuaraan dunia tak lagi menjadi lamunan.

Dengan apa yang diraihnya hingga saat ini, Shin telah melukiskan tinta emas di atas kanvas hati masyarakat Indonesia, seperti yang ditempelkan pada 15.890 penonton yang hadir di Stadion Manahan saat Indonesia mengunci babak final U-2024. 23 Piala Asia, Selasa (9/9). -memuliakan namanya. Tiga kali atau bahkan lebih dari itu dan Shin membalasnya dengan melambaikan tangannya sebagai tanda terima kasih kepada penonton yang meneriakkan namanya.

Sorak-sorai ribuan penonton saat itu sungguh menggetarkan jiwa. Boomingnya suara ribuan penonton di Stadion Manahan merupakan cerminan kebanggaan memiliki Shin di sepak bola kita. Tak masalah belum mempersembahkan trofi karena pria kelahiran 11 Oktober 1970 itu telah mengantarkan Garuda Muda terbang tinggi hingga Asia. Di bawah racikan dia, sepak bola kita akhirnya mengalami proses panjang dan berjalan di jalur yang seharusnya ditempuh sejak lama.

Baca juga: Aji Bangga Tiga Mantan Pemainnya Jadi Kunci Timnas U-23 ke Piala Asia
Baca juga: 16 Tim yang Pasti Lolos ke Piala Asia U-23 Qatar 2024

Berikutnya: Jam terbang tinggi bagi pemain muda

Redaktur: Dadan Ramdani
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *