Jakarta (ANTARA) – Ditemui usai jumpa pers ganda putra Indonesia Sabar Karyaman Gutama/Reza Pahlevi Isfahani di Jakarta, Selasa, atlet bulu tangkis Indonesia Agrippina Prima Rahmanto Putra tampak enggan menggali luka lama yang sudah lama ia pendam.Atlet yang juga merupakan putra dari pebulutangkis legendaris Indonesia, Sigit Pamungkas, telah berdamai dengan segala kondisi yang menimpa karirnya di dunia bulu tangkis profesional.
Bahkan, ia justru mempertanyakan mengapa isu hukuman yang diterimanya kembali beredar masif di seluruh media, padahal kejadian itu terjadi tiga tahun lalu dan ia berusaha melupakannya sebisa mungkin.
Seolah menggali kenangan yang coba dikubur, Agri -sapaan akrabnya- membeberkan kronologis bagaimana namanya bisa terlibat dalam pusaran kasus pengaturan skor di Vietnam Open 2017.
Agri mengaku mendapat tawaran dari salah satu pihak untuk menyerah di putaran kedua Vietnam Open 2017. Namun tawaran tersebut ditolaknya meski disodori uang yang jauh lebih besar dari hadiah yang diterimanya saat menjadi juara.
“Itu terjadi pada tahun 2017. Jadi saya ditawari pihak tertentu untuk mengalah, tapi tawaran itu jelas dan sangat jelas saya tolak,” kata Agri.
Kasusnya sudah masuk ke tahap penyidikan. BWF kemudian memanggil Agri dengan status tersangka. Dalam pemanggilan tersebut, Agri menyerahkan bukti berupa pesan yang diberikan tersangka yang menawarkan dirinya kalah di babak kedua.
“Saya baru saja datang ke (pemanggilan) BWF dengan membawa (bukti) ponsel yang ada pesan dengan orang tersebut, saya yakin karena di situ jelas sekali saya menolak atau tidak mau,” kata Agri.
Seperti kata pepatah, Anda terjatuh dari tangga. Setelah dilakukan penyelidikan kurang lebih 3-4 tahun, Agri yang berstatus tersangka mendapat surat hukuman dari Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).
Agri dihukum karena tidak melaporkan tawaran pengaturan skor tersebut ke federasi dunia. Sanksi yang diterima Agri pun tidak tanggung-tanggung, dalam surat keputusan yang dikeluarkan pada 18 Januari 2021, ia divonis denda sebesar 3.000 dolar AS dan larangan bermain di turnamen resmi BWF selama lima tahun atau berakhir pada 18 Januari 2026.
Agri yang dikenal sebagai spesialis ganda sebenarnya berpeluang mengajukan banding karena punya bukti kuat. Namun tak ada tanggapan dari mantan pasangan ganda putra, Marcus Gideon. Surat keputusan yang turun lebih dulu membuat kesempatannya untuk mengajukan banding tiba-tiba hilang.
“Sebenarnya saya bisa banding. Misalnya banding, aturannya dari BWF ke PBSI lalu ke saya, lalu saya banding. Tapi ini kalau PBSI lapor sudah ada keputusan dari KAS, itu seperti pengacara olahraga,” kata Agri.
Nama Agri melejit pada tahun 2010-an. Berpasangan dengan Markus Gideon, Agri menduduki peringkat 25 dunia dan menjuarai Singapore International 2011 dan Iran Fajr 2013.
Dengan kondisi yang mengharuskannya vakum selama lima tahun, otomatis Agri merindukan masa jayanya sebagai atlet karena kini usianya telah menginjak 33 tahun dan bisa kembali berlaga di turnamen resmi BWF saat usianya sudah 35 tahun.
“Dampaknya (hukuman) adalah mengubur cita-cita yang saya miliki sejak kecil, mengubur cita-cita keluarga saya yang kebetulan saya dari bulu tangkis, ayah saya pelatih bulutangkis, ibu saya mantan pemain nasional. juga,” kata Agri.