Kuatnya timnas Indonesia lahir dari persaingan yang sehat

Timnas Indonesia yang kuat lahir dari kompetisi yang sehat

“Pada usia 10-12 tahun, kompetisi harus bersifat rekreatif dan menyenangkan. “Kompetisi harus mendorong pemain untuk bermain sepak bola dengan semangat dan motivasi yang tinggi,” ujarnya.

Kemudian pada usia 13-15 tahun, persaingan harus lebih kompetitif. Kompetisi hendaknya mendorong pemain untuk mengembangkan kemampuannya dan meningkatkan kualitas permainannya.

Pada usia 16-17 tahun, persaingan harus sangat kompetitif. Persaingan pada level ini harus memberikan tantangan nyata bagi pemain untuk meningkatkan kemampuannya dan mempersiapkan diri menghadapi persaingan di level yang lebih tinggi.

Salah satunya adalah kompetisi Elite Pro Academy (EPA) U-16 dan U-18. Kompetisi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman bermain yang kompetitif bagi para pemain muda.

“Kami juga bekerja sama dengan PSSI untuk mengadakan kompetisi usia dini, seperti EPA U-16 dan U-18. “Kompetisi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman bermain yang kompetitif bagi para pemain muda,” ujarnya.

Sementara itu, Pengamat sepak bola Sapto Haryo Rajasa juga menyoroti pentingnya sinkronisasi pembinaan sepak bola sejak dini dan hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia ke depan.

Ia juga menceritakan pengalamannya meliput turnamen sepak bola berusia 14 tahun di Bali. Ia melihat pemain muda Thailand memiliki keunggulan teknis yang signifikan dibandingkan pemain Indonesia.

“Saat itu saya tanya pemain Thailand bermain di mana. Ternyata mereka sudah bergabung dengan klub profesional sejak usia 12-13 tahun. Sedangkan pemain Indonesia masih bermain di SSB atau di sekolah,” ujarnya.

Menurutnya, terdapat perbedaan sistem pembinaan sepak bola di kedua negara. Thailand memiliki kompetisi sepak bola junior reguler dan berkelanjutan. Sedangkan di Indonesia, kompetisi sepak bola junior masih berupa turnamen yang diadakan secara berkala.

“Kompetisi yang rutin dan berkesinambungan akan memberikan kesempatan kepada para pemain muda untuk mengasah kemampuannya secara konsisten. Sedangkan turnamen hanya memberikan kesempatan bermain yang terbatas,” ujarnya.

Menurutnya, PSSI dan pemerintah bekerja sama untuk mewujudkan sinkronisasi perkembangan sepak bola sejak dini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengafiliasi SSB dengan klub-klub profesional agar para pemain muda mendapat kesempatan bermain di kompetisi reguler dan berkelanjutan.

Hal inilah yang menjadi kunci yang harus dilakukan agar ada sinkronisasi pembinaan sepak bola sejak usia dini hingga remaja hingga menjadi pesepakbola profesional sehingga mampu melahirkan kekuatan sepak bola Indonesia yang tangguh di masa depan.

Targetnya tentu saja jelas: bagaimana timnas Indonesia mampu bersaing di putaran nasional Piala Dunia dengan talenta pemain yang telah dikembangkan dari saat ini hingga kedepannya agar mampu bersaing dengan negara lain.

Baca juga: Kemenpora Fokus Tingkatkan Kualitas Pelatih Indonesia
Baca juga: PSSI Terus Kembangkan Kemampuan Wasit di Indonesia
Baca juga: Hoaks! PSSI menyebut Timnas Indonesia membutuhkan 150 pemain naturalisasi
Baca juga: Pesepakbola di Solo Ambil Pelajaran dari Piala Dunia U-17

Redaktur: Dadan Ramdani
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *