Ikatan Motor Indonesia (IMI) mendukung pengembangan kendaraan listrik oleh mahasiswa di Indonesia, seperti yang dilakukan Tim Supermileage Vehicle dari Universitas Indonesia (UI) melalui pembuatan prototipe mobil listrik bernama Arjuna.Ketua Umum IMI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan, mendukung tim demi kemajuan industri olahraga otomotif berbasis listrik ke depan.
“Mobil listrik Arjuna karya mahasiswa Fakultas Teknik UI ini berhasil menorehkan prestasi gemilang di berbagai kompetisi internasional. Diantaranya, meraih juara pertama kompetisi Shell Eco Marathon Asia 2022 di Sirkuit Mandalika untuk battery electric urban kelas konsep dengan menempuh jarak 194 km/kWh,” kata Bamsoet dalam laman resmi IMI, Sabtu, usai menerima kunjungan tim di kantornya.
Ia mengungkapkan, di tahun keduanya di ajang dan kelas yang sama, Arjuna kembali mampu masuk tiga besar dengan menduduki peringkat kedua lewat pencapaian konsumsi energi listrik sebesar 172 km/kWh.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Shell Eco Marathon merupakan kompetisi yang menantang mahasiswa di berbagai negara di dunia untuk berinovasi merancang, membangun, dan menguji kendaraan hemat energi guna menjawab tantangan energi masa depan.
Setiap tahun, tim dari puluhan negara mengikuti kompetisi internasional ini.
Menurutnya, Indonesia menjadi pesaing utama karena memiliki prospek cerah untuk pengembangan kendaraan listrik di masa depan
Apalagi Indonesia merupakan negara produsen nikel terbesar di dunia sehingga mendukung penuh pengembangan industri kendaraan listrik. Khususnya dalam pembuatan baterai kendaraan listrik, kata pria yang juga Ketua MPR RI ini.
Bamsoet menjelaskan, berdasarkan data US Geological Survey, diperkirakan cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta metrik ton dan 40 persen diantaranya berada di Indonesia yang tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
Sementara itu, mengacu pada catatan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel dunia pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton atau meningkat sekitar 21 persen dari produksi tahun 2021.
Dari angka tersebut, 48 persen atau sekitar 1,6 juta metrik ton merupakan produksi Indonesia.