Final Piala Asia: Qatar dan Yordania bersaing memperebutkan emas

Final Piala Asia: Qatar dan Yordania berlomba menorehkan tinta emas

Pola yang tak pernah diubah oleh pelatih Tintin Marquez sejauh ini sukses membawa Jordan melaju ke final meski sempat gagal satu kali saat dikalahkan Bahrain di fase grup.

Di bawah asuhan pelatih Hussein Ammouta, Jordan berubah dari underdog menjadi favorit juara berkat perpaduan antara daya tahan atau ketangguhan dan determinasi.

Mereka mengawali turnamen ini dengan mengalahkan Malaysia 4-0, menahan imbang Korea Selatan 2-2, namun menyerah 0-1 dari Bahrain.

Di babak 16 besar, Jordan mengalahkan Irak 3-2 menghadapi Tajikistan di perempat final yang mereka kalah dengan skor tipis 1-0 dari gol bunuh diri tim lawan.

Penampilan mereka semakin baik di babak semifinal saat menghentikan tim bertabur bintang, Korea Selatan, dengan dua gol tanpa balas yang dicetak Yazan Al-Naimat dan Musa Al-Taamari.

Berkat perpaduan serangan yang tajam dengan pertahanan yang solid, Jordan melampaui targetnya sendiri untuk mencapai final Piala Asia pertamanya yang bukan tidak mungkin berakhir dengan membawa pulang trofi juara.

Al-Taamari vs Afif

Namun perjalanan lawannya, Qatar, mencapai final Piala Asia dua kali berturut-turut juga tak kalah impresifnya. Kemajuan Qatar ke final juga dibarengi dengan penampilan keterampilan dan ketahanan tim yang kuat.

Tintín Marquez ditunjuk sebagai pelatih Qatar hanya sebulan sebelum kickoff Piala Asia 2023, Qatar berubah menjadi tim yang terlalu kuat untuk lawannya.

Mereka tidak pernah kebobolan selama fase grup. Lebanon yang kalah 0-3 menjadi korban pertama mereka. Setelahnya, Tajikistan dan China masing-masing menyerah dengan skor sama, 0-1.

Di babak 16 besar, Palestina bukan tandingan mereka ketika Maroon menang 2-1 bertemu Uzbekistan di perempat final yang menjadi satu-satunya tim yang memaksa Qatar bermain imbang.

Namun Qatar sukses memenangi adu penalti dengan Uzbekistan, sehingga menyandang tiket semifinal menghadapi sesama raksasa sepak bola Asia, Iran. Mereka menang berdarah dengan skor 3-2, namun mengukuhkan karakter dan semangat Qatar yang kuat.

Seperti Musa Al-Taamari untuk Yordania, striker Akram Afif telah menjadi pemain terpenting Qatar. Di semifinal melawan Iran, dia mencetak satu gol dan membuat satu assist.

Final ini tidak hanya terkait dengan ambisi Jordan untuk pertama kalinya menjuarai turnamen ini atau tekad Qatar untuk mengulang sukses Piala Asia dua kali berturut-turut. tapi juga mengenai bukti siapa yang lebih besar, Musa Al-Taamari atau Akram Afif?

Hal ini juga merupakan gambaran lain mengenai capaian tertinggi yang mampu diraih oleh dua negara Arab dengan tingkat kesejahteraan berbeda namun stabil dan moderat. Akankah Qatar yang kaya atau Yordania yang tidak begitu kaya akan sukses pada Sabtu malam?

Kemenangan tidak hanya menjadi anugerah tersendiri bagi dunia sepak bola Qatar, namun juga dapat mengangkat pamor kawasan, mengukuhkan posisinya yang semakin penting di kancah global, termasuk dalam berbagai penyelesaian konflik Gaza dan Ukraina.

Di sisi lain, kemenangan bagi Yordania, yang populasinya seperlima warga Palestina, dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memicu antusiasme yang akan bergema di dimensi lain di luar olahraga dan sepak bola.

Hal ini karena kesuksesan, popularitas, dan jangkauan olahraga, khususnya sepak bola, sering kali melampaui spektrumnya sendiri dan menjadi platform yang kuat untuk mendorong ekspresi politik, identitas budaya, dan perubahan sosial.

Hak Cipta © ANTARA 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *