Granit Xhaka memberikan pandangan yang menarik mengenai kehidupan di bawah asuhan Xabi Alonso, saat sang gelandang asal Swiss menatap laga final Liga Eropa UEFA melawan Atalanta di Dublin pada tanggal 22 Mei. Xhaka menjelaskan bahwa rekor tak terkalahkan Bayer Leverkusen bukanlah sesuatu yang mudah, dan bagaimana mentalitas juara Alonso telah membuat tim berada di ujung tanduk dalam sebuah kampanye tak terkalahkan yang bersejarah di semua kompetisi.
Granit Xhaka mengungkapkan bagaimana pola pikir Xabi Alonso menginspirasi Bayer Leverkusen untuk meraih treble tak terkalahkan yang bersejarah, menjelang final Liga Eropa UEFA melawan Atalanta – disiarkan secara langsung di TNT Sports.
Leverkusen memperpanjang rekor 50 pertandingan tak terkalahkan di Eropa dengan kemenangan 5-0 di Bochum pada hari Minggu, dan bertujuan untuk menambah trofi UEFA Europa League dan DFB-Pokal ke dalam koleksi mereka dengan mempertahankan rekor tersebut.
Gelandang asal Swiss ini berbicara mengenai bagaimana kebijaksanaan Alonso dalam karirnya yang sarat dengan trofi telah membantu membawa sang juara Bundesliga ke tingkat yang lebih tinggi.
“Saya bertanya tentang banyak hal tentang Madrid saat dia masih menjadi pemain,” kata Xhaka kepada TNT Sports.
“Saya bertanya tentang rekannya di lini tengah, para penyerang yang bermain bersamanya, para pelatihnya, dan betapa pentingnya detail-detail kecil dalam sepak bola.
“Ini tentang memiliki pola pikir untuk tetap tenang, bahkan jika Anda sedang terpuruk dalam sebuah pertandingan. Contohnya adalah jumlah pertandingan yang berhasil dibalikkan oleh Madrid saat mereka tertinggal, dan jumlah pertandingan yang mereka menangkan saat kalah dalam perpanjangan waktu.
“Hal-hal kecil seperti itu menjadi hal yang harus di perhatikan jika ingin bersaing dengan tim-tim papan atas. Anda harus tenang jika Anda tidak bermain dengan baik dan percaya bahwa Anda bisa mendapatkan hasil saat Anda tertinggal dalam sebuah pertandingan.”
Xhaka juga memberikan wawasan yang lebih rinci tentang bagaimana rasanya bekerja dengan Alonso setiap hari, dan menjelaskan bahwa pemain asal Spanyol itu menetapkan level permainan yang sama untuk setiap pemain di skuat.
“Ia bukanlah pelatih yang memperhatikan nama atau status pemain, dalam hal siapa yang lebih tua atau lebih muda, atau siapa yang telah bermain lebih banyak.
“Selama sepekan, dia memikirkan siapa yang pantas bermain di akhir pekan karena mereka berlatih dengan baik.
“Ia memberikan setiap pemain kesempatan untuk membuktikan pentingnya mereka bagi tim. Saya pikir untuk mengatur hal ini sangat sulit karena Anda memiliki berbagai jenis karakter dan kebangsaan, bahasa yang berbeda. Namun, ia memiliki pengalaman sebagai seorang pemain untuk memberikan kepercayaan diri kepada semua orang. Itulah mengapa kami tampil seperti ini”.