Xabi Alonso datang ke Leverkusen menggantikan pelatih Gerardo Seoane pada Oktober 2022. Mantan pemain Real Madrid dan Liverpool itu punya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama membawa Leverkusen keluar dari zona degradasi Liga Jerman. Selain mencegah ‘Die Werkself’ turun ke divisi dua, Alonso juga harus membenahi lini serang yang sempat lesu karena bomber Patrick Schick tampak kesulitan.
Tak butuh waktu lama bagi Xabi untuk mengerjakan pekerjaan rumah tersebut karena ia cukup paham dengan gaya permainan Jerman karena pernah bermain sebagai pemain di Bayern Munich.
Di tangan Xabi pada musim perdana, Leverkusen mempunyai sistem bermain yang jauh lebih fleksibel dengan tidak mengandalkan striker sebagai pencetak gol, namun pemain dari posisi mana pun bisa menjadi pembeda skor. Tercatat pada musim 2022-2023, Leverkusen mempunyai beragam pencetak gol di antaranya Moussa Diaby, Jeremie Frimpong, dan Kerem Demirbay. Di tangan Xabi, Leverkusen mengakhiri musim di peringkat 6 dan menjadi semifinalis Liga Europa.
Musim 2023-2024 akan menjadi musim di mana Xabi menemukan pemain yang mampu mengisi posisi dalam sistem permainannya. Setelah mendatangkan kembali Granit Xhaka dari Arsenal dan merekrut striker Victor Boniface dari Union SG, Leverkusen menjadi tim yang tak terhentikan. Tercatat di seluruh kompetisi, Florian Wirtz dan kawan-kawan tak terkalahkan dalam 37 pertandingan berturut-turut. Rekor ini sekaligus memecahkan rekor sebagai tim Jerman dengan rekor tak terkalahkan terlama yang semula dipegang oleh Bayern Munich.
Dari segi produktivitas gol, Xabi mengubah Leverkusen menjadi tim yang jauh lebih produktif dengan mencatatkan rata-rata 2,52 gol per pertandingan. Selain itu, Leverkusen kini menjadi tim dengan pertahanan kokoh dengan rata-rata kebobolan 0,64 gol per pertandingan.
Catatan impresif tersebut berbanding lurus dengan performa Leverkusen dalam perebutan gelar juara di tiga kompetisi yakni Bundesliga, DFB-Pokal, dan Liga Europa. Di Bundesliga, ‘Die Werkself’ kini unggul sepuluh poin dari juara bertahan Bayern Munich dalam perebutan gelar. Dengan sembilan laga tersisa, praktis jika Leverkusen mampu menjaga konsistensi, bukan tidak mungkin mereka mampu mematahkan gelar juara sebelas tahun Bayern Munich. Namun, dari sembilan laga tersisa, Leverkusen setidaknya harus mengatasi dua kendala pada laga melawan Borussia Dortmund dan VFB Stuttgart.
Di DFB-Pokal, Leverkusen kini sudah melaju ke babak semifinal dan akan ditantang oleh Fortuna Dusseldorf dalam laga bertajuk Rhine Derby yang akan berlangsung pada 3 April mendatang. Kemudian Leverkusen juga berlaga di Liga Europa dengan memastikan satu tiket lolos. untuk perempat final.
Di atas kertas, Leverkusen yang musim ini tampil lebih garang dibandingkan performa generasi emas 2001-2002, bukan tak mungkin lewat sihir Xabi Alonso mampu mengubah julukan “Neverkusen” menjadi “Treblekusen”. Namun Xabi enggan mengatakan bahwa timnya saat ini sedang bersaing memperebutkan gelar juara dan hasil seluruh gelar tersebut baru bisa ditentukan pada Mei mendatang.
“Ini belum waktunya membicarakan hal itu. Akan tiba waktunya (berbicara soal gelar), tapi belum waktunya,” kata Xabi Alonso dikutip dari laman resmi Bundesliga,
Xabi mungkin tak mau sombong sebelum menyandang gelar juara. Bisa jadi ia juga teringat tragedi yang dialami generasi emas Leverkusen pada musim 2001/2002 yang membuat “Die Werkself” harus menerima julukan “Neverkusen” yang alergi gelar.
Baca juga: Xabi Alonso Ingin Leverkusen Melaju Sejauh Mungkin di Tiga Kompetisi
Baca juga: Xabi Alonso Tak Mau Bangga Meski Unggul 10 Poin dari Bayern
Redaktur: Dadan Ramdani
Hak Cipta © ANTARA 2024