Surabaya (ANTARA) – Psikolog Timnas U-17 Indonesia Afif Kurniawan menilai ada perbandingan antara kritik di Indonesia dengan negara lain, karena banyak pihak yang menilai pemain sepak bola luar negeri sudah terbiasa dengan kritik.Bedanya di sana tidak ada budaya bullying. Tidak ada pelecehan terhadap pemain. Di media sosial mungkin ada yang menghina, tapi di lingkungan terdekat mereka akan memberikan dukungan dan perlindungan. Lingkungan terdekat pemain adalah pelatih dan keluarga, kata Afif Kurniawan dalam keterangannya. diterima di Surabaya, Kamis.
Selain itu, kata Afif, budaya kritik biasanya ditujukan kepada pemain sepak bola dewasa, bukan kelompok umur.
Afif menilai komentar negatif di media sosial akan berdampak besar bagi pemain, namun beruntung para pemain Timnas Indonesia masih mendapat dukungan dari lingkungan sekitar untuk terus berkembang.
Kontrasnya yang kita alami selama tinggal di sini, dua seri itu, sangat berbanding terbalik dengan yang terjadi di media sosial. Di media sosial memang seperti itu. Mereka tumbuh dengan ciri-ciri sesuai usianya, ujarnya.
Baca juga: Bima Sakti Buka Suara Terkait Kritik Selebrasi “Terminator” Arkhan Kaka
Satu hal yang ditonjolkan, para pemain Garuda Muda membutuhkan arahan untuk terus belajar dan berkembang.
“Yang mengganggu saya kenapa kita tidak bisa melihat itu, tapi kita mengutamakan kekalahan dan kemenangan. Kita harus memprioritaskan orang-orang ini dalam proses berkembang, karena mereka akan bermain sepak bola di masa mendatang,” kata Afif.
Afif menjelaskan, mempunyai ekspektasi boleh saja, namun beban orang dewasa tidak boleh diberikan kepada anak-anak.
“Ini bukan soal ekspektasi, Anda bisa memenangkan pertandingan. “Itu biasa saja, tapi memberi mereka beban orang dewasa itu belum sampai,” kata pria yang juga dosen Universitas Airlangga Surabaya itu.
Timnas Indonesia masih akan melakoni laga terakhirnya di Grup A Piala Dunia U-17 melawan Maroko, ini menjadi penentu akhir kedua tim untuk melaju ke fase knockout.
Maroko bisa meraih maksimal enam poin jika mampu mengalahkan Indonesia di laga terakhir, sedangkan Garuda Muda berpeluang maksimal lima poin.
Di sisi lain, peluang Ekuador mengakhiri Grup A dengan menduduki posisi puncak masih terbuka lebar. Syaratnya, mereka harus mengalahkan Panama di laga terakhir.
Baca juga: Bima Sakti Ingatkan Anak Asuhnya Kurangi Kesalahan Individu
Baca juga: Mengukur peluang Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Dunia U-17
Wartawan: Abdul Hakim/Naufal Ammar Imaduddin
Redaktur: Irwan Suhirwandi
HAK CIPTA © ANTARA 2023