Indonesia tak mau sekadar melakukan naturalisasi, tapi juga melakukannya secara terbatas di sejumlah cabang olahraga…Jakarta (ANTARA) – Vietnam dan Thailand sempat mencemooh langkah Indonesia yang merekrut pemain naturalisasi untuk memperkuat skuad tim nasional sepak bola.Namun kini terungkap bahwa negara-negara tersebut juga menginginkan pemain naturalisasi, apalagi setelah melihat formula tersebut efektif mendongkrak kualitas Timnas Indonesia.
Vietnam dan Thailand kemudian mengakui bahwa mereka bertentangan dengan peraturan hukum nasional mereka yang menghalangi mereka untuk secara bebas melaksanakan program naturalisasi.
Ironisnya, sejumlah kalangan di Thailand, termasuk para pemerhati olahraga Tanah Air, ikut menilai apa yang kini dilakukan Indonesia ketika gagal melaju ke babak selanjutnya pada kualifikasi Piala Dunia 2022.
Kini, di kualifikasi Piala Dunia 2026, Thailand kemungkinan besar akan bernasib sama seperti 2 tahun sebelumnya, tersingkir dari kompetisi hingga tinggal babak kedua kualifikasi Piala Dunia.
Pasalnya, mereka harus bersaing keras dengan China yang skuadnya juga diperkuat pemain naturalisasi untuk menjadi pendamping Korea Selatan yang berpeluang menjadi juara Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Jika melihat berbagai pemberitaan media Thailand 2 tahun lalu, negara tersebut ingin merekrut pemain naturalisasi jauh sebelum kualifikasi Piala Dunia 2026, namun terhambat oleh rumitnya rezim kewarganegaraan yang mereka anut.
Contoh kompleksitas ini terjadi pada Azuki Iwatani beberapa tahun lalu. Karateka wanita ini besar dan lahir di Thailand, namun memiliki orang tua berkebangsaan Jepang.
Meski pengambil kebijakan olahraga di Thailand sangat ingin mengubah status kewarganegaraan Iwatani menjadi warga negara Thailand, namun karateka putri ini ditolak menjadi warga negara Thailand.
Undang-undang negara tersebut memberlakukan persyaratan yang ketat dan proses yang panjang sebelum seseorang dapat dinaturalisasi, sehingga banyak orang yang gagal menjadi warga negara Thailand.
Situasi yang sama sulit dan rumitnya juga dihadapi oleh para pemangku kepentingan dan penyelenggara olahraga di Vietnam, yang juga memiliki rezim kewarganegaraan yang rumit dan kaku.
Formula untuk meningkatkan kualitas
Sulit bagi Vietnam untuk melakukan apa yang sudah dan sudah dilakukan Indonesia, padahal sebenarnya mereka memandang program naturalisasi sebagai salah satu faktor yang bisa mendongkrak kualitas tim olahraganya.
Keinginan tersebut mungkin semakin besar karena baik Vietnam maupun Thailand seolah terintimidasi dengan kualitas timnas Indonesia yang terus meningkat.
Grafik tersebut bisa dilihat secara kasat mata dari perjalanan Indonesia melewati kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Piala Asia 2023 beberapa waktu lalu.
Yang semakin membuat mereka resah adalah peringkat FIFA Indonesia yang terus meningkat seiring dengan beberapa pencapaian positif timnas belakangan ini.
Thailand dan Vietnam juga tak bisa memungkiri fakta bahwa Garuda kini punya prospek lebih baik dari mereka dalam meloloskan diri ke putaran final Piala Dunia FIFA.
Bukan hanya Vietnam dan Thailand yang khawatir, Malaysia pun demikian. Bahkan, peringkat FIFA negara ini kemungkinan besar akan disalip oleh Indonesia terlebih dahulu.
Sementara itu, beberapa negara Asia Tenggara berusaha realistis dengan mempertimbangkan langkah yang dilakukan Indonesia dalam melibatkan atlet naturalisasi. Salah satu yang tampaknya ingin mengadopsi program naturalisasi adalah Singapura.
Singapura bahkan menggagas hal tersebut pada tahun lalu ketika pada Mei 2023, Presiden Federasi Sepak Bola Singapura, Bernard Tan, meminta negaranya mempertimbangkan naturalisasi atlet guna meningkatkan kualitas tim nasionalnya.
Layaknya pecinta sepak bola di Singapura, Bernard Tan mungkin sudah bosan menunggu kehadiran timnas yang banyak berbicara di ajang internasional.
Keinginan Bernard Tan untuk merekrut pemain naturalisasi mungkin semakin menggebu-gebu saat ini ketika Singapura di ambang tersingkir dari babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Singapura baru mengoleksi satu poin setelah sekali imbang dan tiga kali kalah dari empat laga.
Tidak sporadis
Namun negara-negara tersebut mungkin belum mengetahui bahwa proses naturalisasi atlet di Indonesia merupakan proses panjang yang kini disertai dengan persyaratan lain bahwa calon pemain naturalisasi harus memiliki darah Indonesia.
Belanda merupakan negara yang mempunyai banyak penduduk keturunan Indonesia. Tak heran jika sebagian besar pemain naturalisasi Indonesia berasal dari negara yang iklim sepakbolanya bagus.
Bandingkan dengan apa yang dilakukan negara-negara seperti Tiongkok, yang banyak melakukan naturalisasi terhadap pemain Brasil, yang secara etnis dan sosial budaya tidak ada kaitannya dengan Tiongkok.
Bahkan di cabang olahraga seperti bola basket, China berani melakukan naturalisasi atlet bintang yang sama sekali tidak memiliki akar China, salah satunya adalah penyerang Minnesota Timberwolves, Kyle Anderson, dari liga bola basket profesional NBA di Amerika Serikat.
Mantan gelandang Arsenal dan Brentford Nico Yennaris, yang lahir dan besar di Inggris dan tidak memiliki darah Tionghoa sama sekali, menjadi pesepakbola naturalisasi pertama yang dipanggil ke timnas Tiongkok pada tahun 2019.
Indonesia belum bisa melangkah sejauh yang dicapai Tiongkok, apalagi yang dilakukan Kamboja di SEA Games 2023.
Pada SEA Games edisi tahun lalu, Kamboja mengambil langkah kontroversial dengan menurunkan atlet naturalisasi di banyak cabang olahraga, mulai dari bola basket hingga atletik.
Asal usul atlet naturalisasi ini bermacam-macam, ada yang berasal dari Korea Selatan, Hongkong, Pakistan, India, China, namun ada juga beberapa atlet yang berdarah campuran Kamboja-Amerika.
Naturalisasi yang dilakukan Indonesia tidak bersifat sporadis seperti yang dilakukan Kamboja.
Bukan hanya tak mau sekadar naturalisasi, namun juga dilakukan secara terbatas di sejumlah cabang olahraga, termasuk sepak bola yang juga merupakan program jangka pendek, seperti ditegaskan Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali beberapa waktu lalu.
Pelatih Shin Tae-yong sendiri menerapkan kriteria dasar bahwa pesepakbola yang bisa dinaturalisasi memperkuat timnas harus memiliki darah Indonesia atau memiliki nenek moyang Indonesia.
Dengan kata lain, naturalisasi yang dilakukan Indonesia tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas tim olahraganya, tetapi juga dengan mempertimbangkan jati diri Indonesia.
Hak Cipta © ANTARA 2024