Jakarta (ANTARA) – Jannik Sinner mengungkapkan sikap tidak panik menghadapi tekanan lawannya Daniil Medvedev saat tertinggal dua set di final Australia Terbuka menjadi kunci meraih gelar Grand Slam pertamanya.Pelatih asal Italia itu tertinggal satu set dan unggul 1-5 di final Grand Slam pertamanya, namun ia tidak menyerah, berusaha mempertahankan poin, beberapa kali mengacungkan tinjunya ke arah tim pelatihnya saat ia berhasil meraih poin demi poin.
Sikap ini justru menunjukkan ketangguhan Sinner. Ia kemudian berhasil mencuri set ketiga untuk memperpanjang usahanya hingga akhirnya petenis berusia 22 tahun itu bisa bernapas lega setelah membalikkan keadaan dengan skor 3-6, 3-6, 6-4, 6-4, 6- 3 untuk memenangkan Australia Terbuka.
“Pertandingan berjalan sangat cepat di dua set pertama. Saya tidak punya peluang tapi saya menunggu peluang kecil. Entah bagaimana saya berhasil dan berusaha merebut poin satu per satu. Dan hanya itu,” kata Sinner, seperti disiarkan di laman resmi Australia Terbuka, Minggu (28/1).
Kesuksesan Sinner tak lepas dari langkah perubahan timnya dengan mendatangkan Darren Cahill bergabung dengan pelatih Simone Vagnozzi.
“Kami tenang sepanjang hari ini. Dia (Cahill) membuat seluruh tim tetap tenang. Dia orang yang sangat baik, dia memiliki keluarga yang baik di belakangnya,” kata Sinner.
“Kami mencoba untuk menjadi lebih baik setiap hari, bahkan selama turnamen kami mencoba untuk menjadi lebih kuat, mencoba memahami setiap situasi dengan sedikit lebih baik.”
Baca juga: Sinner juara Australia Open 2024
Keyakinan dan kesabaran itulah yang mendefinisikan Sinner sebagai petenis, tidak hanya di final Australia Terbuka tetapi sejak ia tampil di kancah Grand Slam pada tahun 2020 saat mencapai perempat final di Roland Garros.
Sikapnya yang tenang dan rendah hati juga terpancar dari pidatonya saat menerima piala tersebut. Dia berterima kasih kepada orang tuanya karena mengizinkannya memilih menekuni tenis.
Sebelumnya, Sinner yang berasal dari wilayah selatan Italia berbatasan dengan Austria yang terkenal dengan pegunungannya ini pernah bermain ski, bahkan ia menjadi juara ski junior di usia 12 tahun.
“Saya berharap semua orang bisa memiliki orang tua seperti saya karena mereka selalu membiarkan saya memilih apa pun yang saya inginkan, bahkan ketika saya masih muda, saya (memainkan) olahraga lain dan mereka tidak pernah memberikan tekanan kepada saya,” kata Sinner.
“Saya berharap kebebasan ini dapat diraih oleh semua orang.”
Dengan Carlos Alcaraz memenangkan Wimbledon tahun lalu dan sekarang Sinner mengklaim gelar tersebut di Melbourne, para pemain muda siap untuk mengambil alih panggung Grand Slam.
Baca juga: Sabalenka Tak Sangka Pertahankan Gelar Australia Terbuka
Baca juga: Sabalenka Kalahkan Zheng untuk Pertahankan Gelar Australia Terbuka
Reporter: Arindra Meodia
Redaksi : Eka Arifa Rusqiyati
Hak Cipta © ANTARA 2024