Site icon Angkara

Kepelatihan dan kompetisi kunci bagi pemain U-17 untuk mencapai Piala Dunia senior

Pembinaan dan kompetisi kunci pemain U-17 tembus Piala Dunia senior

Jakarta (ANTARA) – Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Surono, dalam diskusi online Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema ‘Momentum Regenerasi Sepak Bola Indonesia’, Senin (20/11), menyebutkan ajang Piala Dunia U-17 Indonesia 2023 akan menjadi titik balik sepak bola Indonesia ke depan.Surono mengatakan, jika titik balik ini bisa dimanfaatkan dengan baik, dengan pembinaan dan kompetisi profesional generasi muda, bisa menjadikan pemain U-17 menjadi tulang punggung Indonesia untuk menembus Piala Dunia senior di masa depan.

“Perkembangan Timnas U-17 Indonesia berjalan baik. Namun, kita perlu meningkatkan kualitas pelatih dan persaingan yang lebih kompetitif, kata Surono.

Surono menjelaskan, pembinaan sepak bola remaja di Indonesia perlu dilakukan secara bertahap, dimulai dari usia dini hingga remaja, dimana pembinaan pada usia dini (U-10) fokus pada pengembangan keterampilan dasar dan pada usia remaja (U-12 hingga U-17) fokus pada pengembangan taktis dan fisik.

Pembinaan sepak bola remaja di Indonesia juga perlu dilakukan secara komprehensif, tidak hanya berfokus pada aspek teknis saja, namun juga aspek taktis, fisik, mental, dan psikis.

Selain pembinaan, tambah Surono, kompetisi sepak bola remaja juga sangat penting untuk meningkatkan kualitas pemain. Menurutnya, kompetisi generasi muda harus dibangun dalam iklim yang berjenjang.

Baca juga: Sejumlah Mantan Pemain Timnas Keluhkan Minimnya Kompetisi Pemain Muda

Pada usia 10-12 tahun, kompetisi harus bersifat rekreatif dan menyenangkan yang mendorong pemain bermain sepak bola dengan semangat dan motivasi tinggi.

Kemudian pada usia 13-15 tahun, persaingan harus lebih kompetitif. Kompetisi hendaknya mendorong pemain untuk mengembangkan kemampuannya dan meningkatkan kualitas permainannya.

Kemudian pada usia 16-17 tahun persaingan harus sangat kompetitif, dimana persaingan pada level ini harus memberikan tantangan nyata bagi pemain untuk meningkatkan kemampuannya dan mempersiapkan diri menghadapi persaingan di level yang lebih tinggi.

“Kami juga berkolaborasi dengan PSSI untuk mengadakan kompetisi usia dini, seperti Elite Pro Academy (EPA) U-16 dan U-18. Kompetisi ini bertujuan untuk memberikan pengalaman bermain yang kompetitif bagi para pemain muda,” kata Surono.

Dalam forum yang sama, pengamat sepak bola Sapto Haryo Rajasa juga berpendapat serupa. Pengamat yang akrab disapa Haryo ini menyoroti pentingnya sinkronisasi perkembangan sepak bola sejak dini. Hal itu perlu dilakukan demi meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia ke depan.

Baca juga: Pengamat Acungkan Jempol Penampilan Bima Sakti di Piala Dunia U-17

Ia juga menceritakan pengalamannya saat meliput turnamen sepak bola berusia 14 tahun di Bali di mana ia melihat pemain-pemain muda Thailand bergabung dengan klub-klub profesional.

“Saat itu saya tanya pemain Thailand bermain di mana. Ternyata mereka sudah bergabung dengan klub profesional sejak usia 12-13 tahun. Sedangkan pemain Indonesia masih bermain di SSB atau di sekolah,” kata Haryo.

Perbedaan tersebut, menurut Haryo, disebabkan oleh perbedaan sistem pembinaan sepak bola di kedua negara. Thailand memiliki kompetisi sepak bola junior reguler dan berkelanjutan. Sedangkan di Indonesia, kompetisi sepak bola junior masih berupa turnamen yang diadakan secara berkala.

“Kompetisi yang rutin dan berkesinambungan akan memberikan kesempatan kepada para pemain muda untuk mengasah kemampuannya secara konsisten. Sedangkan turnamen hanya memberikan kesempatan bermain yang terbatas,” ujarnya.

Baca juga: PSSI Fokus Kembangkan Pemain Muda untuk Piala Dunia 2026

Haryo juga menyarankan agar Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan pemerintah bersinergi menciptakan sinkronisasi perkembangan sepak bola sejak dini, salah satunya dengan menggandeng SSB dengan klub-klub profesional.

Menurutnya, saran-saran yang diberikannya bisa meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia hingga menjadi kekuatan sepak bola dunia di masa depan.

“SSB harus berafiliasi dengan klub-klub profesional. Dengan begitu, para pemain muda mendapat kesempatan bermain di kompetisi reguler dan berkelanjutan,” tutupnya sambil memberikan saran.

Baca juga: Ketum PSSI Apresiasi Kerja Keras Pemain Garuda Muda

Reporter: Zaro Ezza Syachniar
Redaktur: Junaydi Suswanto
HAK CIPTA © ANTARA 2023

Exit mobile version