Site icon Angkara

Agripina buka suara terkait simpang siur isu hukuman dari BWF

Jakarta (ANTARA) – Atlet bulu tangkis Indonesia Agripina Prima Rahmanto Putra buka suara terkait simpang siurnya hukuman yang diterimanya dari BWF.Agripina mengungkap dirinya mendapat tawaran untuk memperbaiki skor di putaran kedua Vietnam Open 2017. Putra pebulu tangkis legendaris Sigit Pamungkas itu menolak tawaran tersebut.

Namun, pada Januari 2021, ia diskors lima tahun dari BWF karena tidak melaporkan tawaran pengaturan skor ke federasi dunia.

“Itu terjadi pada tahun 2017. Jadi saya ditawari pihak-pihak tertentu untuk mengalah, tapi tawaran itu jelas dan sangat saya tolak. Sanksi BWF dijatuhkan ketika BWF sudah melontarkan tudingan, saya sama sekali tidak (terlibat) dalam hal itu. kasus pengaturan skor Apa yang ada Tuduhan saya tidak melaporkan kejadian pengaturan skor tersebut, kata Agri kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Agri menyayangkan sejumlah pemberitaan media massa yang memberitakan dirinya terlibat kasus delapan atlet terlibat pengaturan pertandingan di Vietnam Open 2017, meski mendapat hukuman karena tidak membuat laporan.

Tapi yang diberitakan, saya tidak tahu kenapa diberitakan nama saya masuk dalam delapan atlet kasus pengaturan skor Vietnam Open, kata Agri.

Nama Agri melejit pada tahun 2010-an sebagai spesialis ganda putra berpasangan dengan Marcus Gideon. Pasangan ini bahkan menduduki peringkat 25 dunia dan menjuarai Singapore International 2011 dan Iran Fajr 2013.

Baca juga: BWF menjatuhkan sanksi berat hingga seumur hidup bagi 8 pemain Indonesia

Agri sebenarnya bisa saja mengajukan banding terkait kasus ini, namun laporan yang diterimanya dari PBSI terlambat karena keputusan sudah dikeluarkan BWF.

“Sebenarnya saya bisa banding. Misalnya banding, aturannya dari BWF ke PBSI lalu ke saya, lalu saya banding. Tapi ini kalau PBSI lapor sudah ada keputusan dari KAS, itu seperti pengacara olahraga,” kata Agri.

Selain dilarang berlaga di kompetisi BWF selama lima tahun hingga 18 Januari 2026, Agri juga didenda sebesar 3.000 dolar AS. Namun soal denda, Agri menyebut sudah dibayarkan oleh PBSI.

“PBSI sudah membayar ribuan sanksi, itu saja,” kata Agri.

Baca juga: Indonesia Open Tentukan Unggulan Olimpiade Paris
Baca juga: PBSI Berharap Indonesia Punya Stadion Khusus Pertandingan Bulu Tangkis

Wartawan : Fajar Satriyo
Redaksi : Eka Arifa Rusqiyati
Hak Cipta © ANTARA 2024

Exit mobile version